MULSA PADA BUDIDAYA TANAMAN KAKAO
MATA KULIAH DASAR BUDIDAYA TANAMAN

Nama :
Mayang Putri Rinda Pratiwi
NIM :
165040101111052
Kelas : X
Prodi :
Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas
kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang mulsa dalam
pembudidayaan tanaman kakao ini dengan baik.
Makalah ini telah kami susun dengan
maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat
memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari
sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun
tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala
saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.
Malang, 10 Maret 2017
Penyusun
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Mulsa
adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga
membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa juga bisa diartikan sebagai
setiap bahan yang dihamparkan untuk menutupi sebagian atau seluruh permukaan
tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut.
Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman
yang dikelompokkan sebagai mulsa organik dan bahan-bahan sintesis berupa plastik
yang dikelompokkan sebagai mulsa anorganik. Pada umumnya mulsa ialah sisa tanaman, lembaran plastik,
atau susunan batu
yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah
dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah,
serta menghambat pertumbuhan gulma atau rumput liar (Maharany, 2011).
Kakao
(Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas
perkebunan yang cukup penting bagi perekonomian Indonesia. Tanaman kakao
merupakan tanaman perkebunaan berprospek menjanjikan. Tanaman kakao merupakan
jenis tanaman tahunan (perennial) yang berbentuk pohon, dimana di alam jika
dibiarkan tumbuh secara alami tinggi pohonnya dapat mencapai 10 meter
(Depparaba, 2002).
Dalam
beberapa kegiatan pertanian adakalanya akan membutuhkan sarana dan prasarana
khusus. Pemakaian mulsa mempunyai keuntungan dalam beberapa budidaya tanaman
sekaligus memberikan dampak yang buruk jika salah dalam pemakaian mulsa. Oleh
karena itu pengetahuan tentang mulsa sangat perlu diketahui untuk
membantu meningkatan hasil produksi pertanian (Maharany, 2011).
1.2 Rumusan masalah
1.
Apa pengertian dan jenis-jenis mulsa?
2.
Bagaimana pembudidayaan tanaman kakao?
3. Bagaimana
mulsa yang digunakan pada budidaya tanaman kakao?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui
pengertian dan jenis-jenis mulsa
2.
Mengetahui cara pembudidayaan tanaman
kakao
3.
Mengetahui mulsa yang digunakan pada
budidaya tanaman kakao
1.4 Manfaat
Makalah
ini memberi manfaat dalam memahami pengertian dan jenis-jenis mulsa, cara
pembudidayaan tanaman kakao, serta mulsa yang digunakan pada tanaman budidaya
kakao.
BAB
2
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan Jenis-jenis Mulsa
Mulsa
adalah material penutup tanaman budidaya yang dimaksudkan untuk menjaga
kelembaban tanah serta menekan pertumbuhan gulma dan penyakit sehingga
membuat tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Mulsa juga bisa diartikan sebagai
setiap bahan yang dihamparkan untuk menutupi sebagian atau seluruh permukaan
tanah dan mempengaruhi lingkungan mikro tanah yang ditutupi tersebut.
Bahan-bahan dari mulsa dapat berupa sisa-sisa tanaman atau bagian tanaman
yang dikelompokkan sebagai mulsa organik dan bahan-bahan sintesis berupa plastik
yang dikelompokkan sebagai mulsa anorganik. Pada umumnya mulsa ialah sisa tanaman, lembaran plastik,
atau susunan batu
yang disebar di permukaan tanah. Mulsa berguna untuk melindungi permukaan tanah
dari terpaan hujan, erosi, dan menjaga kelembaban, struktur, kesuburan tanah,
serta menghambat pertumbuhan gulma atau rumput liar (Maharany, 2011).
Pemakaian mulsa
akan memberikan dampak yang baik / bermanfaat pada produksi tanaman. Manfaat mulsa diantaranya adalah:
- Meningkatkan aktivitas jasad
renik (mikroorganisme tanah), sehingga memperbaiki sifat fisika, kimia maupun biologi tanah.
- Membantu menjaga suhu tanah
serta mengurangi penguapan sehingga mempertahankan kelembaban tanah dan
pemanfaatan kelembaban tanah menjadi lebih efisien.
- Menekan pertumbuhan gulma, sehingga mengurangi biaya
tenaga kerja untuk penyiangan.
- Melindungi permukaan tanah dari
guyuran air hujan, mengurangi aliran permukaan, erosi dan kehilangan tanah.
- Mulsa yang berupa sisa-sisa
tanaman menjadi sumber bahan
organik tanah.
- Mulsa
dapat melindungi tanah dari terpaan hujan, erosi, menjaga struktur,
menambah kesuburan tanah serta menghambat pertumbuhan gulma.
Mulsa
dibedakan menjadi dua macam dilihat dari bahan asalnya, yaitu mulsa organik
dan mulsa anorganik/non-organik. Bahan mulsa dari sisa-sisa tanaman
atau bagian tanaman dikelompokkan sebagai mulsa organik, sedangkan
bahan mulsa sintetis berupa plastik dikelompokkan
sebagai mulsa
anorganik. Jenis-jenis mulsa dapat dibedakan sebagai berikut.
1. Mulsa
organik adalah mulsa dari bahan sisa-sisa tanaman yang disebar di permukaan
tanah. Sisa tanaman dapat berupa serasah tanaman (gulma), cabang, ranting, batang maupun daun-daun sisa
tanaman. Mulsa
organik berasal dari bahan-bahan alami yang mudah terurai
seperti sisa-sisa tanaman misalnya jerami dan alang-alang.
Mulsa
organik diberikan setelah tanaman/bibit ditanam. Keuntungan
mulsa organik adalah lebih ekonomis (murah), mudah
didapat, dan dapat terurai dengan mudah sehingga menambah kandungan bahan organik
dalam tanah. Contoh mulsa organik adalah alang-alang/jerami, ataupun cacahan
batang dan daun dari tanaman jenis rumput-rumputan lainnya.
2.
Mulsa anorganik adalah material penutup
tanaman budidaya yang terbuat dari bahan sintetis
misalnya plastik.
Keuntungan menggunakan mulsa plastik diantaranya adalah menghemat tenaga
penyiangan, menjaga kelembaban tanah, meningkatkan produksi tanaman,
mempercepat masa panen, mencegah hama dan penyakit tanaman, mengurangi
penguapan berlebih, mencegah erosi tanah, dan mencegah kehilangan pupuk. Jenis mulsa plastik umumnya dibedakan berdasarkan
warna dan intesitas cahaya yang dapat diteruskan. Mulsa plastik ini
bisa dibedakan menjadi beberapa macam diantaranya:
·
Mulsa plastik
transparan. Tanah yang diberi MPT (Mulsa Plastik Transparan),
cahaya yang dipantulkan matahari dan diserap oleh bahan mulsa sangat sedikit.
Sebaliknya cahaya yang diteruskan banyak. Hal ini menyebabkan MPT memiliki efek
menaikkan suhu tanah.
·
Mulsa plastik
putih. MPP
(Mulsa Plastik Putih) memantulkan cahaya sekitar 45% sehingga 55% cahaya
matahari yang dipantulkan akan diserap secara langsung atau tidak langsung dan akan
berinteraksi dengan tanah.
·
Mulsa plastik
hitam. Dengan
adanya MPH (Mulsa Plastik Hitam), cahaya matahari yang dipantulkan dan
diteruskan sangat kecil. Banyaknya cahaya matahari yang diserap dapat mencapai
90%, dari jumlah cahaya matahari yang datang. Cahaya yang diserap tersebut akan
dipantukan dalam bentuk panas ke segala arah termasuk tanah.
·
Mulsa plastik
hitam perak (MPHP), salah satu permukaan berwarna hitam, permukaan lainnya
berwarna perak. MPHP (Mulsa Plastik Hitam Perak) akan menyebabkan
cahaya matahari yang dipantulkan cukup besar. Namun, permukaan hitam dari MPPH
akan menyebabkan cahaya matahari yang diteruskan menjadi sangat kecil, bahkan
mungkin nol. Keadaan ini akan menyebabkan suhu tanah akan tetap rendah.
·
Mulsa plastik
perak
·
Mulsa plastik
merah
2.2
Cara budidaya tanaman kakao
1.
Persiapan lahan
Persiapan
lahan yaitu membersihkan lahan dan menggunakan tanaman penutup tanah seperti
tanaman jenis polong-polongan, serta menggunakan tanaman pelindung seperti
Lamtoro, Albazia, dan Gleresidae, yang mana tanaman ini ditanam setahun sebelum
dilakukan penanaman kakao. Selanjutnya, dilakukan pengolahan tanah yang dilakukan
dengan cara mekanis.
2.
Pembibitan
Biji
kakao yang digunakan untuk benih adalah buah kakao bagian tengah yang masak dan
sehat dari tanaman yang sudah cukup umur, kemudian dibersihkan daging buahnya
menggunakan abu dan segera dikecambahkan.
3.
Penanaman
Pada penanaman kakao terlebih dahulu dibuat ajir
yaitu bisa dari bambu dengan tinggi 80–100 cm. Jarak tanam yang digunakan
berdasarkan pada bahan tanam dan besar pohonnya. Sedangkan jarak tanam pohon
pelindungnya adalah 1,5x1,5 meter tergantung areal yang digunakan. Dalam
penanaman tanaman kakao ada empat pola tanam yang biasa digunakan yaitu:
(1) pola tanam kakao segi empat, dan pohon pelindung
segi empat
(2) pola tanam kakao segi empat dan pohon pelindung
segi tiga
(3) pola tanam kakao berpagar ganda dan pohon
pelindung segitiga
(4) pola tanam kakao berpagar ganda dan pohon
pelindung segi empat.
4.
Pemeliharaan
Pemeliharaan
tanaman kakao yang dilakukan adalah dengan melakukan pemangkasan, penyiangan,
penyiraman, pemupukan, serta pengendalian dari hama dan penyakit.
5.
Panen dan pasca panen
Panen
dilakukan dengan cara memetik buah kakao yang masak dengan memotong tangkai
buahnya dan menyisakan sepertiga bagian tangkai buah. Buah kakao yang dipetik
berumur 5 – 6 bulan sejak berbunga, dan ditandai dengan warna kuning atau
merah. Buah kakao yang sudah dipetik dimasukkan ke dalam karung kemudian
dilakukan pemecahan buah untuk mengumpulkan bijinya. Hasilnya bisa diolah
dengan melakukan fermentasi, pengeringan, dan sortasi.
2.3
Mulsa yang digunakan pada tanaman kakao
Serasah
kakao membutuhkan waktu dekomposisi yang relatif lama jika dibiarkan begitu
saja. Selain itu, serasah kakao yang menutupi tanah akan menyebabkan tanah
menjadi lembab dan dapat menjadi tempat berkembangnya hama penggerek buah kakao
(Conopomorpha cramerella Snell) (Depparaba, 2002).
Serasah
kakao jika dimanfaatkan dengan benar, akan berguna bagi perbaikan sifat tanah
sehingga siklus hara di dalam kebun kakao dapat tetap terjaga. Sifat tanah yang
baik memiliki daya menahan air dengan baik, serta mempunyai drainase dan aerasi
tanah yang baik, sehingga tidak membatasi pertumbuhan akar dan tanaman. Selain
itu, tanaman kakao juga membutuhkan tanah dengan sifat kimia yang baik, yakni
mengandung bahan organik yang tinggi, pH netral, dan kaya akan unsur hara.
Salah satu metode penggunaan serasah kakao adalah dengan membuat mulsa vertikal
(Darmawijaya, 1997).
Metode pembuatan mulsa
vertikal yang menggunakan bahan serasah kakao dapat memperbaiki sifat tanah
(fisik, kimia, dan biologi) yang lebih baik dibandingkan metode biopori dan
tanpa perlakuan mulsa. Hal ini disebabkan karena metode mulsa vertikal memiliki
permukaan yang lebih luas dibandingkan teknik biopori, sehingga jumlah
mikroorganisme tanah lebih banyak dan proses dekomposisi akan berjalan lebih
cepat. Berdasarkan sifat fisik tanah, metode menggunakan mulsa vertikal mampu
memperbaiki bulk density dan
permeabilitas tanah. Perbaikan sifat fisik tanah tidak hanya pada lapisan
permukaan saja, tetapi sampai ke lapisan yang lebih dalam. Sedangkan pada sifat
kimia tanah, penambahan bahan organik kedalam tanah akan meningkatkan nilai
Kapasitas Tukar Kation (KTK) didalam tanah. Selain itu, bahan organik merupakan
sumber hara makro dan mineral lengkap meskipun dalam jumlah yang relatif kecil.
Secara biologi, penambahan bahan organik ke dalam tanah akan meningkatkan
populasi dan aktivitas mikrobia tanah yang pada akhirnya akan meningkatkan unsur
hara penting bagi tanaman didalam tanah (Maharany, 2011).
Cara membuat mulsa vertikal cukup mudah. Teknik ini
dilakukan dengan memasukkan mulsa tersebut ke dalam saluran atau alur sesuai
kontur dan sebaiknya dikombinasikan dengan pembuatan guludan (Kemenhut, 2012).
·
Pertama, buat
lubang dengan ukuran panjang 1 meter, lebar 0.5 meter, dan kedalaman 0.5 meter.
·
Kedua, masukkan
daun dan dahan kakao kering di dalam lubang. Penambahan serasah kakao tidak
boleh terlalu padat agar aerasi udara dapat optimal.
·
Ketiga, tambahkan
daun dan dahan kering ketika permukaan mulai menyusut, biasanya dua minggu
setelah pemberian bahan organik pertama.
·
Keempat, angkat
bahan organik jika sudah berwarna hitam dan menjadi kompos, kemudian ganti
bahan organik yang baru. Biasanya setelah 1.5 bulan tergantung kelembaban tanah
dan curah hujan.
Pemberian
mulsa vertikal yang diberikan pada tanaman kakao sebelum umur tiga tahun mampu
meningkatkan daya serap tanah terhadap aliran permukaan hingga 71% dan
pengurangan erosi tanah sebesar 87%. Kakao pada umur tersebut masih berada di
dalam tahap perkembangan vegetatif, yakni tahapan perkembangan akar, daun dan
batang baru. Pada fase ini terjadi tiga proses penting, yakni pembelahan sel,
perpanjangan sel, dan tahap pertama dari diferensiasi sel. Pada tahap ini juga
bersamaan dengan pemeliharaan tanaman dengan melakukan pemangkasan, sehingga
bahan serasah akan cukup terpenuhi sebagai bahan mulsa vertikal (Monde, 2010).
BAB
3
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Mulsa adalah
bahan penutup tanaman yang digunakan untuk menjaga kelembaban tanah dan
mengurangi intensitas matahari yang masuk dalam tanah yang akan merangsang
tumbuhan yang tidak tahan intensitas matahari. Mulsa bermanfaat untuk mencegah
dari gulma-gulma yang tumbuh di sekitar tanaman. Mulsa dibagi menjadi 2 jenis
yaitu mulsa organik dan mulsa anorganik. Mulsa yang dapat digunakan untuk
budidaya tanaman kakao adalah mulsa vertikal yang terbuat dari bahan serasah
kakao. Metode pembuatan mulsa vertikal yang menggunakan bahan serasah kakao ini
dapat memperbaiki sifat tanah (fisik, kimia, dan biologi) yang lebih baik
dibandingkan metode biopori dan tanpa perlakuan mulsa.
DAFTAR
PUSTAKA
Darmawijaya,
M.I. 1997. Klasifikasi Tanah: Dasar Teori
Bagi Peneliti Tanah dan Pelaksana Pertanian di Indonesia. Yogyakarta: Gajah
Mada University Press
Depparaba,
Fedrik. 2002. Penggerek Buah Kakao
(Conopomorpha cramerella) Snell) dan Penanggulangannya. Jurnal Litbang
Pertanian. Vol 21 (2). 69-74
Kementerian
Kehutanan. 2012. Mulsa Daun Kering,
Pengendali Gulma dan Penyubur Tanah di Hutan Tanaman(online). Diakses
tanggal 9 Maret 2017 pada http://forplan.or.id/images/File/serasah%20booklet2222.pdf
Maharany,
Rina, Abdul Rauf, dan T. Sabrina. 2011. Perbaikan
Sifat Tanah Kebun Kakao pada Berbagai Kemiringan Lahan dengan Menggunakan
Teknik Biopori dan Mulsa Vertikal. Jurnal Ilmu Pertanian Kultivar. Vol 5
(2). 75-82
Monde,
Anthon. 2010. Pengendalian Aliran
Permukaan dan Erosi pada Lahan Berbasis Kakao di DAS Gumbasa, Sulawesi Tengah.
Media Litbang Sulteng. Vol 3 (2). 131-136