PENURUNAN
KUALITAS TANAH AKIBAT PERTANIAN INTENSIF
Soil
is a natural resource. Natural resources are materials found on Earth that help
living things. They are made by nature, not people. Soil helps plants and
animals grow. They cannot live without it (Walker, 2007).
Tanah (soil) adalah suatu wujud alam yang
terbentuk dari suatu campuran hasil pelapukan batuan, bahan organik, bahan
anorganik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu
yang mempelajari tanah disebut Pedologi,
sedangkan ilmu yang secara khusus mempelajari mengenai proses pembentukan tanah
disebut Pedogenesa.
Pada tahun 1860, E.W. Hilgard (dalam Hartono:
2007) memberikan pengertian terhadap hubungan antara iklim, tanaman, batuan
induk, dan tanah yang terbentuk. Lebih jauh dikatakan bahwa tanah bukan hanya
sekedar media pertumuhan tanaman, melainkan merupakan tubuh alam yang bersifat
dinamis yang harus selalu dipelajari dan dibuat klasifikasinya.
Ramann (dalam Osman: 2013) mengembangkan konsep
tanah yang dilatarbelakangi oleh konsep geologi. Tanah merupakan lapisan atas
kerak bumi yang melapuk; dalam hal ini tidak ada pengertian tanah sebagai alat
produksi atau kegunaan lainnya. Konsep lain dikemukakan oleh Joffee (dalam
Osman: 2013) yang memberikan batasan lebih maju bahwa tanah merupakan kombinasi
sifat fisik, kimia, dan biologi. Tanah adalah bangunan alami yang tersusun atas
horizon-horizon yang terdiri atas bahan mineral dan organik, bersifat galir
(tidak padu), dan mempunyai tebal yang tidak sama. Berbeda sama seklai dengan
bahan induk yang ada di bawahnya dalam hal: morfologi, sifat, susunan, fisik,
bahan kimiawi, dan laksana-laksana biologi. Dari Wikipedia bahasa Indonesia,
tanah (bahasa Yunani: pedon; bahasa
Latin: solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik. Tanah sangat vital
peranannya bagi semua kehidupan di bumi karena tanah mendukung kehidupan
tumbuhan dengan menyediakan hara dan air sekaligus sebagai penopang akar.
Struktur tanah yang berongga-rongga juga menjadi tempat yang baik bagi akar
untuk bernapas dan tumbuh. Tanah juga menjadi habitat hidup bebagai
mikroorganisme. Bagi sebagian besar hewan darat, tanah menjadi lahan untuk
hidup dan bergerak.
Beberapa definisi diatas masing-masing
mempunyai kelemahan. Definisi yang baik untuk suatu benda alam seperti tanah
harus terlepas dari kemungkinan kegunaan, harus bersifat murni sebagai adanya
di alam, dan harus berlaku umum.
Tanah dikatakan sebagai
media untuk tumbuhnya tanaman. Mengapa?

Sebagai
media tanam, tanah menyediakan faktor-faktor utama untuk pertumbuhan tanaman,
yaitu unsur hara, air, dan udara dengan fungsinya sebagai media tunjangan
mekanik akar dan suhu tanah. Semua faktor tersebut harus seimbang agar
pertumbuhan tanaman baik dan berkelanjutan.
Ada
beberapa faktor yang memengaruhi ketersediaan hara di dalam tanah untuk dapat
diserap tanaman antara lain adalah total pasokan hara, kelembaban tanah dan
aerasi, suhu tanah dan sifat fisik maupun kimia tanah. Perbaikan kondisi tanah
tersebut dapat dilakukan dengan cara pemberian pupuk, baik itu pupuk organik
maupun anorganik. Pemberian pupuk organik (pupuk kandang, kompos dan arang)
dapat memperbaiki struktur tanah, mempertahankan kadar bahan organik, dan
sebagai sumber zat makanan bagi tanaman. Pemberian pupuk anorganik (urea) dapat
merangsang pertumbuhan secara keseluruhan, khususnya cabang, batang, daun dan
berperan penting dalam pembentukan hijau daun.
Selain
itu, tanah juga memiliki pH (derajat keasaman). Faktor ketersediaan air
berpengaruh terhadap tingkat keasaman tanah. Kisaran pH tanah untuk daerah
basah adalah 5-7 dan kisaran untuk daerah kering adalah 7-9. Hal ini
berpengaruh terhadap pemilihan jenis tanaman. Untuk daerah basah (pH 5-7)
pilihlah tanaman yang dapat tumbuh subur di kisaran pH seperti itu. Begitu juga
halnya dengan pH yang lainnya.
Hal
yang juga penting adalah tanah memiliki kandungan udara. Keberadaan udara pada
tanah akan memengaruhi kerapatan dan kepadatan struktur tanah. Perkembangan
akar yang sehat serta proses pernapasan oleh akar menjadi tolak ukur baik atau
tidaknya aerasi udara pada struktur tanah tertentu.
Sifat
morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di
lapangan. Sebagian dari sifat-sifat morfologi tanah merupakan sifat-sifat fisik
dari tanah tersebut. Sifat-sifat morfologi tanah terdiri dari warna tanah, tekstur tanah, struktur tanah,
dan konsistensi tanah serta sifat-sifat lain (Sutanto, 2005).
Warna tanah. Warna
merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi
oleh beberapa faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan
warna umumnya disebabkan oleh perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi
kandungan bahan organik, warna tanah akan semakin gelap.
Dalam
buku Munsell Soil Color Chart, terdapat warna-warna baku yang disusun oleh 3
(tiga) variable yaitu hue, value dan chroma. Hue adalah warna spektrum yang dominan
sesuai dengan panjang gelombang. Value menunjukkan
gelap terangnya warna sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Chroma menunjukkan kemurnian atau
kekuatan dari warna spectrum (hue).
Tekstur tanah. Tekstur
tanah menunjukkan kasar halusnya tanah dari fraksi tanah halus (fine earth
fraction). Partikel-partikel tanah primer mempunyai bentuk dan ukuran yang
berbeda-beda. Ada yang berdiameter besar dan ada pula yang sedemikian halusnya
seperti koloid.
Tanah
dikelompokkan dalam beberapa kelas tekstur seperti dibawah ini.
·
Kasar : pasir, pasir berlempung
·
Agak kasar : lempung berpasir, lempung
berpasir halu
·
Sedang : lempung berpasir sangat halus,
lempung, lempung berdebu, debu
·
Agak halus : lempung liat, lempung liat
berpasir, lempung liat berdebu
·
Halus : liat berpasir, liat berdebu,
liat
Struktur tanah. Struktur
tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan terjadi karena
butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti
bahan organik, oksida-oksida besi dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan ini
mempunyai bentuk, ukuran dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.
Butir-butir tersebut dibatasi oleh bidang-bidang yang disebut agregat.
Berdasarkan bentuknya, struktur tanah dibedakan menjadi:
·
Lempeng (platy) yaitu sumbu vertikal
lebih pendek dari sumbu horizontal. Membentuk lapisan-lapisan halus. Ditemukan
pada horizon E atau pada lapisan padas liat.
·
Prisma yaitu sumbu vertikal lebih
panjang dari sumbu horizontal dan bagian atasnya rata dan tidak membulat.
Ditemukan di horizon B tanah daerah iklim kering.
·
Tiang (columnar) yaitu sumbu vertikal
lebih panjang dari sumbu horizontal dan bagian atasnya membulat. Ditemukan di
horizon B tanah daerah iklim kering.
·
Gumpal bersudut (angular blocky) yaitu
berstruktur seperti kubus dengan sudut-sudut tajam. Sumbu vertikal sama dengan
sumbu horizontal. Ditemukan di horizon B tanah daerah iklim basah.
·
Gumpal membulat (subangular blocky)
yaitu berstruktur seperti kubus dengan sudut-sudut membulat. Sumbu vertikal
sama dengan sumbu horizontal. Ditemukan di horizon B tanah daerah iklim basah.
·
Granuler (granular) berstruktur membulat
atau banyak sisi. Masing-maisng butir struktur (ped) tidak porous. Ditemukan di
horizon A.
·
Remah (crumb) yaitu berstruktur membulat
atau banyak sisi sangat porous. Masing-masing butir struktur (ped) bersifat
porous. Ditemukan di horizon A.
Tanah
dengan struktur baik (granuler dan remah) mempunyai tata udara yang baik.
Unsur-unsur udara yang baik, unsur-unsur hara lebih mudah tersedia dan mudah
diolah. Struktur tanah yang baik adalah yang bentuknya membulat sehingga tidak
dapat saling bersinggungan dengan rapat. Akibatnya pori-pori tanah banyak
terbentuk. Disamping itu struktur tanah harus tidak mudah rusak (mantap) sehingga
pori-pori tanah tidak cepat tertutup bila terjadi hujan.
Konsistensi tanah. Konsistensi
tanah adalah kekuatan daya kohesi butir-butir tanah atau daya adhesi
butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan tanah
terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Tanah yang mempunyai konsistensi baik
umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. oleh karena
tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka konsistensi
tanah disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut.
Tanah
basah memiliki kandungan air diatas kapasitas lapang. Tanah basah dibedakan
menjadi 2 yaitu kelekatan (menunjukkan kekuatan adhesi tanah dengan benda lain)
dan plastisitas (menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan). Tanah lembab
dibedakan ke dalam konsistensi gembur (mudah diolah) sampai teguh (agak sulit
dicangkul). Tanah kering dibedakan ke dalam konsistensi lunak sampai keras.
Degradasi tanah semakin
cepat akibat alih guna lahan dan pertanian intensif. Indikator di lapangan yang
bisa diidentifikasi apa saja? Mekanisme di lapangan kejadiannya bagaimana?
Jelaskan!

Dalam
praktek budidaya pertanian sering akan menimbulkan dampak pada degradasi lahan.
Dua faktor penting dalam usaha pertanian yang potensial menimbulkan dampak pada
sumberdaya lahan, yaitu tanaman dan manusia (sosio kultural) yang menjalankan
pertanian.
Identifikasi
indikator di lapangan adalah faktor manusialah yang berpotensi berdampak
positif atau negatif pada lahan, tergantung cara menjalankan pertaniannya.
Apabila dalam menjalankan pertaniannya benar maka akan berdampak positif, namun
apabila cara menjalankan pertaniannya salah, maka akan berdampak negatif.
Kegiatan menjalankan pertanian atau cara budidaya pertanian yang menimbulkan
dampak antara lain meliputi kegiatan pengolahan tanah, penggunaan sarana
produksi yang tidak ramah lingkungan (pupuk dan insektisida) serta sistem
budidaya termasuk pola tanam yang mereka gunakan.
Mekanisme
degradasi lahan yang terjadi saat ini antara lain penggunaan lahan diatas daya
dukung lahan tanpa diimbangi dengan upaya konservasi dan perbaikan kondisi
lahan. Misalnya, lahan didaerah hulu dengan lereng curam yang hanya sesuai
untuk hutan, apabila mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman
semusim akan rentan terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Erosi tanah
oleh air di Indonesia (daerah tropis) merupakan bentuk degradasi lahan yang
sangat dominan (Sitorus dkk, 2011)
Konversi
lahan pertanian yang semakin meningkat akhir-akhir ini merupakan salah satu
ancaman terhadap keberlanjutan pertanian. Salah satu pemicu alih fungsi lahan
pertanian ke penggunaan lain adalah rendahnya isentif bagi petani dalam
berusaha tani dan tingkat keuntungan berusaha tani relatif rendah. Selain itu,
usaha pertanian dihadapkan pada berbagai masalah yang sulit diprediksi dan mahalnya
biaya pengendalian seperti cuaca, hama dan penyakit, tidak tersedianya sarana
produksi dan pemasaran. Alih fungsilahan banyak terjadi justru pada lahan
pertanian yang mempunyai produktivitas tinggi menjadi lahan non-pertanian. Dilaporkan
dalam periode tahun 1981-1999, sekitar 30% (sekitar satu juta ha) lahan sawah
di pulau Jawa, dan sekitar 17% (0,6 juta ha) di luar pulau Jawa telah menyusut dan
beralih ke non-pertanian, terutama ke areal industri dan perumahan (Salikin,
2003).
Tanah pertanian yang di usahakan
secara terus-menerus cenderung produktivitasnya rendah. Jelaskan!

Faktor
penyebab menurunnya produktivitas tanah pertanian akibat pertanian intensif atau
pertanian yang diusahakan terus-menerus yaitu menurunnya kesuburan tanah.
Uraiannya sebagai berikut.
Pola tanam
yang diterapkan para petani salah dengan adanya satu jenis komoditas yang
ditanam setiap musimnya tanpa adanya pergiliran tanaman, sehingga unsur hara
yang ada di tanah diambil secara terus menerus sesuai dengan kebutuhannya.
Selanjutnya, penggunaan pupuk kimia yang diterapkan selama revolusi hijau
menjadikan kerusakan tanah karena residu yang disebabkan bahan kimia. Tanah
yang terkena bahan kimia terus-menerus akan mengalami degradasi kesuburan dan
mengalami ketergantungan akan bahan kimia. Kemudian, terjadinya leaching atau
pencucian akan mengakibatkan kehilangan unsur hara karena terbawa oleh air
turun ke tanah yang paling bawah sehingga sulit diambil akar bahkan tidak dapat
diambil akar tanaman. Selanjutnya, penurunan kesuburan tanah yang mengakibatkan
produktivitas lahan pertanian menurun adalah adanya daerah pertambangan yang
merusak ekosistem dan meninggalkan logam berat yang merusak tanah (Dewi, 2015).
Intensifnya
pertanian dan penanaman tanaman semusim tanpa diimbangi dengan perhatian
terhadap lingkungan dapat menyebabkan pemasukan bahan organik rendah seperti
msalnya adanya seresah. Kemudian, penggunaan pestisida kimia untuk membunuh
hama dan penyakit akan memengaruhi kesuburan tanah yang juga karena residu yang
ditimbulkan. Saat pengaplikasian pestisida pasti mengenai tanah.
DAFTAR PUSTAKA
Osman,
K.T. 2013. Soils: Principles, Properties
and Management. Springer Dordrecht Heidelberg New York London
Walker
S. M. 2007. Soil: Early bird Earth
science. Lerner Publications
Sutanto,
Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah:
Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: Kanisius
Hartono.
2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam
Semesta. Bandung: Citra Praya
Dewi,
I.A.L dan Sarjana, I.M. 2015. Faktor-Faktor
Pendorong Alih Fungsi Lahan Sawah menjadi Lahan Non-Pertanian (Kasus: Subak
Kerdung, Kecamatan Denpasar Selatan). Bali: Universitas Udayana
Salikin,
K.A. 2003. Sistem Pertanian Berkelanjutan.
Yogyakarta: Kanisius
Sitorus,
Santun R.P, Mila Mulyani, dan Dyah Retno Panuju. 2011. Konversi Lahan Pertanian dan Keterkaitan dengan Kelas Kemampuan Lahan
serta Hirarki Wilayah di Kabuoaten Bandung Barat. Dalam Jurnal Tanah dan
Lingkungan (online), vol 13 (2), 49-57 halaman. Tersedia: http://id.portalgaruda.org/?ref=browse&mod=viewarticle&article=419869
[3 Maret 2017].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar